Kamis, 17 April 2008

2. AKSI

Berdasarkan berbagai pendapat diatas, Aksi adalah suatu gerak perlawanan, merupakan bagian Revolusi atau tahap awal suatu Revolusi. Adapun Revolusi adalah suatu puncak dari seluruh jumlah Aksi (tingkat Aksi) yang membesar, meluas, mematang, terkoordinasi, terpimpin dan terarah. Baik Aksi maupun Revolusi harus mempunyai tujuan yang jelas, kekuatan rakyat yang riil serta pimpinan yang tepat dan cakap. a. Sifat Aksi. Aksi dapat bersifat politik, ekonomi dan sosial. Aksi juga dapat bersifat nasional dan lokal (kedaerahan). Aksi dapat bersifat kolektif (bersama) atau personal (individual), terkoordinasi atau terpisah-pisah, meluas atau sporadis. Aksi lahir dari kandungan kehidupan sosial yang penuh konflik, baik konflik ekonomi, konflik sosial atau konflik politik. b. Tingkatan Aksi. Tingkatan Aksi dapat besar atau kecil, berat atau ringan, semuanya itu merupakan bagian suatu Revolusi atau menuju proses terjadinya suatu Revolusi. Aksi mempunyai arti yang penting dan bersifat mutlak menuju ke Revolusi. Aksi dan Revolusi merupakan dua hal yang tak terpisahkan Revolusi tidak mungkin terjadi tanpa melalui proses adanya Aksi-Aksi. Sebaliknya Aksi-Aksi akan kurang berarti bila tidak diarahkan menuju ke Revolusi. Maka mengadakan Aksi adalah penting dan bersifat mutlak dan harus dilakukan oleh kaum Revolusioner (kelas yang akan berRevolusi). Kelas yang akan berRevolusi harus mempunyai pandangan dan sikap yang tepat terhadap setiap Aksi. Setiap Aksi dilakukan harus bertujuan jangka pendek (taktik) dan bertujuan jangka panjang (strategi) yaitu kearah terjadinya Revolusi. Aksi harus dilakukan dengan semangat, dipersiapkan dengan cermat untuk mematangkan situasi menuju ke Revolusi. Sebelum melakukan Aksi harus berpikir sukses (menang) dan gagal (kalah). Aksi harus dilakukan walaupun sudah diperhitungkan hasilnya akan gagal (kalah) karena Aksi merupakan proses latihan untuk menuju Revolusi. Oleh sebab itu dalam melakukan Aksi tidak harus sukses (menang) karena pihak lawan memiliki kekuatan untuk mempertahankan diri dari perlawanan Aksi, jika lawan kuat maka Aksi bisa gagal (kalah). Dalam melakukan Aksi harus berpikiran Revolusioner dan tidak boleh berpikiran pragmatis karena melakukan Aksi adalah suatu keharusan, menang atau kalah Aksi harus dilakukan sebab Aksi merupakan latihan untuk mengadakan Revolusi. Kekuatan Aksi bisa diketahui secara pasti pada saat Aksi itu dilakukan. Kekuatan Aksi itu diuji oleh praktek Aksi itu sendiri. Kekuatan Aksi tidak cukup diperhitungkan secara kwantitas (jumlah massa Aksi) tetapi juga harus diperhitungkan secara kwalitas (semangat, ketinggian & ketahanan moral massa Aksi). Semangat, ketinggian& ketahanan moral massa Aksi terbentuk setelah melalui Aksi yang berkali-kali dan pernah mengalami sukses (menang) atau gagal (kalah). Aksi yang gagal (kalah) tidak berarti sepenuhnya negatif tetapi juga mempunyai arti positif karena dari pengalaman kegagalan (kekalahan) tersebut maka kaum Revolusioner dapat menarik pelajaran sehingga semakin terdidik, semakin terlatih dan semakin besar serta semakin meningkat keberanian dan kemampuan berlawannya. Aksi bisa menjadi alat ukur situasi politik secara umum, situasi kekuatan lawan dan situasi kekuatan sendiri yang melakukan Aksi. Semua hal itu sangat penting bagi kelanjutan Aksi kaum Revolusioner dalam merintis jalan menuju Revolusi. Sifat mutlaknya Aksi sangat penting sekali, tetapi Aksi tidak boleh bersifat spekulatif (tanpa perhitungan). Aksi yang benar (walaupun kecil) adalah Aksi yang dilakukan denagan perhitungan yang matang dan tanpa keraguan walaupun kemenangan belum pasti (masih dalam proses perjuangan). Aksi yang bersifat spekulatif akan merusak dan tidak dapat menjadi pelajaran yang berguna. c. Aksi Politik dan Aksi Sosial Ekonomi. 1. Aksi politik adalah Aksi yang paling tinggi dan berat, tinggi dalam arti kwalitasnya dan berat dalam arti konsekwensinya (resiko). Aksi politik itu langsung berhadapan dengan kekuasaan pemerintahan, seperti Aksi menuntut pemecatan dan penggantian pejabat pemerintah yang merugikan kepentingan rakyat, menuntut pembubaran dan penggantian kabinet, menuntut pembatalan suatu undang-undang atau peraturan pemerintah yang sudah diputuskan, dll. Aksi politik tersebut akan disikapi oleh pemerintah yaitu menerima atau menolak tuntutan tersebut. Jika pemerintah menolak tuntutan dan mengambil sikap represif (penindasan) maka akan menimbulkan konsekwensi yang berat bagi pelaku Aksi, yaitu ditangkap, dipenjara dan disiksa atau dibunuh. Adapun yang merasakan hasil kemenangan dari Aksi politik secara langsung dan konkrit (nyata) adalah seluruh masyarakat melalui perubahan keadaan dan kebijakan politik. 2. Aksi sosial ekonomi tidak langsung berhadapan dengan kekuasaan pemerintahan sehingga lebih rendah kwalitasnya dan lebih ringan konsekwensinya dibandingkan dengan Aksi politik. Aksi sosial ekonomi adalah adalah Aksi yang langsung menyangkut kepentingan sosial ekonomi, seperti Aksi menuntut kenaikan upah atau gaji, menuntut perbaikan gizi dan kesehatan, dll. Aksi sosial ekonomi adalah Aksi yang ringan syarat-syarat yang diperlukannya dibandingkan dengan Aksi politik, maka Aksi sosial ekonomi lebih mudah digerakkan daripada Aksi politik. Aksi sosial ekonomi sangat penting bagi permulaan dan persiapan Aksi politik. Dari Aksi sosial ekonomi, massa/demonstran bisa dibawa dan ditingkatkan ke Aksi politik. Aksi sosial ekonomi adalah alat untuk mendidik dan melatih keberanian rakyat. Keberanian itu dapat digunakan untuk: mengembangkan kekuatan Aksi, menguji barisan Aksi, mengukur kekuatan Aksi dan kekuatan lawan serta untuk meningkatkan menjadi Aksi politik.

Tidak ada komentar: