Jumat, 11 April 2008

AKSI & REVOLUSI

Pakar teori Revolusi Eisenstadt menjelaskan bahwa perubahan radikal dimulai dari Aksi-Aksi kecil yang belum terorganisir yang kemudian diorganisir oleh kaum Revolusioner menjadi suatu Revolusi yang membawa perubahan mendasar kehidupan sosial. Revolusi merupakan konflik politik atau perebutan kekuasaan politik dari suatu kelompok sosial yang dikuasai (rakyat) melawan kelompok sosial yang menguasai (rezim penguasa). Muammar Qaddhafy menjelaskan bahwa sistem politik didunia saat ini adalah produk dari perjuangan untuk meraih kekuasaan diantara penguasa & rakyat, perjuangan ini berlangsung dengan cara damai atau perang. Perjuangan melalui perang berarti Revolusi. Menurut tesis Gramsci dijelaskan bahwa suatu Revolusi harus dipimpin oleh suatu organisasi politik yang Revolusioner sebagai "barisan depan kaum proletariat", tugasnya adalah mengorganisir & menyatukan semua kekuatan yang diperlukan bagi suatu Revolusi & memimpin "pemberontakan" menentang negara borjuis kapitalis untuk mendirikan negara pekerja/buruh. Che Guevara menjelaskan bahwa setiap Revolusi harus dimulai dengan Aksi, setiap Revolusi dapat berhasil jika kenyataan historis yang ada ditafsirkan dengan benar & jika kekuatan yang terlibat didalamnya dimanfaatkan dengan tepat, dalam setiap Revolusi selalu terkandung unsur-unsur dengan kecenderungan yang sangat berbeda tetapi akan bertemu dalam Aksinya & dalam tujuan Revolusinya. Mengetahui, memahami & menghayati kenyataan historis atau belajar dari sejarah perkembangan masyarakat merupakan aspek pokok dalam melakukan suatu Revolusi karena dari sinilah lahir teori Revolusi. Kemudian teori Revolusi itu harus dihubungkan dengan kekuatan Revolusioner rakyat yang sudah mampu & berani melakukan Revolusi. Jadi dalam Revolusi harus ada teori Revolusi & kekuatan Revolusioner, ini merupakan dua sisi dalam satu keping mata uang. Revolusi Kuba adalah Revolusi yang unik. Ho Chi Minh menjelaskan bahwa hakikatnya kita berperang (Revolusi) bukan saja melawan kolonialisme tetapi juga berperang melawan kebodohan, kemiskinan & perasaan masa bodoh. tesis ini menunjukkan bahwa setelah Revolusi politik dimenangkan maka harus dilanjutkan dengan Revolusi sosial, ekonomi & budaya. Kemerdekaan Nasional Vietnam merupakan hasil pergolakan masyarakat Vietnam (Revolusi) melawan kaum kolonial. Tan Malaka menjelaskan mengenai Aksi & Revolusi Indonesia, bahwa suatu Aksi merupakan awal dari Revolusi. Program Aksi di Indonesia pada zaman kolonial Belanda mengandung sejumlah tuntutan antara lain: tuntutan bekerja 7 jam sehari, gaji minimal, syarat-syarat kerja & hidup yang lebih baik bagi kaum buruh, diakuinya serikat-serikat buruh & hak untuk mengadakan pemogokan, organisasi kaum tani untuk hak-hak ekonomi & politik, dihapuskannya hukum-hukum yang menindas gerakan-gerakan politik, tuntutan untuk berdemonstrasi, tuntutan dihapuskannya Dewan Hindia & dibentuknya Majelis Nasional yang akan memilih suatu badan eksekutif. Selanjutnya Tan Malaka mengatakan bahwa Aksi untuk mencapai kemerdekaan nasional ini akan berlangsung lama tetapi pasti akan membawa kemenangan. Berdasarkan analisis Tan Malaka diatas, bahwa sesungguhnya jalan menuju Revolusi itu panjang & berliku-liku melalui berbagai macam Aksi, mulai dari Aksi ekonomi, sosial & politik. Karl Marx menjelaskan bahwa teori Aksi & Revolusi harus fleksibel (sesuai tempat, ruang & waktu) & tidak boleh dipaksakan jika: mata rantai imperialisme belum lapuk atau kekuasaan politik belum lapuk, pemimpin Revolusi belum lahir & kekuatan massa rakyat belum bersatu dalam satu front yang berani melawan kekuasaan politik secara bersenjata. Aplikasi Marxisme dalam praktek adalah Aksi & Revolusi.

1 komentar:

andreas iswinarto mengatakan...

Jejak Langkah Sebuah Bangsa, Sebuah Nation

Tak mungkin orang dapat mencintai negeri dan bangsanya,
kalau orang tak mengenal kertas-kertas tentangnya.
Kalau dia tak mengenal sejarahnya.
Apalagi kalau tak pernah berbuat sesuatu kebajikan untuknya,”

-Minke, dalam Novel Jejak Langkah karya Pramoedya Ananta Toer-
Dikutip Kompas di tulisan pembuka liputan khusus Anjer-Panarukan

Saya memberikan apresiasi yang besar kepada Koran Kompas dan juga kalangan pers pada umumnya yang secara intens dan kental mendorong munculnya kesadaran historis sekaligus harapan dan optimisme akan masa depan Indonesia. Mempertautkan makna masa lalu, masa kini dan masa depan. Ini nampak paling tidak sejak bulan Mei secara rutin Kompas memuat tulisan wartawan-wartawan seniornya dan mungkin beberapa orang non wartawan kompas bertajuk 100 Tahun Kebangkitan Nasional . Patut diapresiasi pula liputan besar Kompas “Ekspedisi 200 Tahun Jalan Pos Anjer-Panaroekan”.

Daniel Dhakidae yang juga menjadi salah satu penulis seri 100 Tahun Kebangkitan Nasional Kompas ini pernah mengatakan bahwa “sejarah bukan masa lalu akan tetapi juga masa depan dengan menggenggam kuat kekinian sambil memperoyeksikan dirinya ke masa lalu. Warisan tentu saja menjadi penting terutama warisan yang menentukan relevansi kekinian. Apa yang dibuat disini adalah melepaskan penjajahan masa kini terhdap masa lalu dan memeriksa kembali masa lalu dan dengan demikian membuka suatu kemungkinan menghadirkan masa lalu dan masa depan dalam kekinian”. (Cendekiawan dan Kekuasaan : Dalam Negara Orde Baru; Gramedia Pustaka Utama, 2003, hal xxxii)

Dalam bukunya itu contoh gamblang diperlihatkan oleh Dhakidae, dimana sebelum sampai pada bahasan masa Orde Baru ia melakukan pemeriksaaan wacana politik etis sebagai resultante pertarungan modal, kekuasaan negara kolonial, dan pertarungan kebudayaan antara Inlander vs Nederlander, antara boemipoetra dan orang Olanda. Baginya zaman kolonial menjadi penting bukan semata sebagai latarbelakang, akan tetapi wacana itu begitu menentukan yang dalam arti tertentu bukan saja menjadi pertarungan masa lalu akan tetapi masa kini.

Kompas saya pikir telah mengerjakan ini dengan sangat baik dan saya mendapatkan pencerahan dari sana (o iya Bung Daniel adalah juga kepala litbang Kompas)

Untuk meningkatkan akses publik ke seluruh tulisan-tulisan berharga ini, saya menghimpun link seri artikel Kompas bertajuk 100 Tahun Kebangkitan Nasional ini. Sebelumnya saya juga telah menghimpun link seri liputan Kompas Ekspedisi 200 Tahun Jalan Raya Pos Anjer-Panaroekan : Jalan (untuk) Perubahan.

Demikian juga saya telah menghimpun link-link ke artikel-artikel Edisi Khusus Kemerdekaan Majalah Tempo tentang Tan Malaka “BAPAK REPUBLIK YANG DILUPAKAN. Sebagai catatan tulisan tentang Tan Malaka juga ada di dalam seri tulisan Kompas seputar 100 Tahun Kebangkitan Nasional. Apresiasi tinggi pula untuk Majalah Tempo.

Akhir kata secara khusus saya menaruh hormat kepada Pramoedya Ananta Toer yang telah menjadi ‘guru sejarah’ saya melalui karya-karya sastra dan buku-buku sejarah yang ditulisnya. Saya pikir bukan sebuah kebetulan Kompas mengutip roman Jejak Langkah sebagai pengantar liputan khususnya, juga dari buku Pram Jalan Raya Pos, Jalan Daendels- “Indonesia adalah negeri budak. Budak di antara bangsa dan budak bagi bangsa-bangsa lain”.

Tidak lain juga sebuah penghormatan kalau tidak pengakuan terhadap sumbangan Pram untuk negeri ini. Diakui atau tidak.

Salam Pembebasan
Andreas Iswinarto

Untuk seri tulisan 100 Tahun Kebangkitan Nasional
Kipling, Ratu Wilhelmina, dan Budi Utomo; Renaisans Asia Lahirkan Patriotisme Bangsa-bangsa; Semangat Kebangsaan yang Harus Terus Dipelihara; Menemukan Kembali Boedi Oetomo; Ideologi Harga Mati, Bukan Harta Mati; Pohon Rimbun di Tanah yang Makin Gembur; Mencari Jejak Pemikiran Hatta; Membangun Bangsa yang Humanis; Tan Malaka dan Kebangkitan Nasional; Kaum Cerdik Pandai, antara Ilmu dan "Ngelmu"; Masa Depan "Manusia Indonesia"-nya Mochtar Lubis, Menolak Kutukan Bangsa Kuli; Pendidikan dan Pemerdekaan; Kembali ke PR Gelombang Ketiga; Kebudayaan dan Kebangsaan; Musik Pun Menggugah Kebangsaan...

Silah link ke
http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2008/09/jejak-langkah-sebuah-bangsa-sebuah.html

Ekspedisi Kompas 200 Tahun Anjer-Panaroekan
http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2008/09/belajar-dari-sejarah-sebuah-jalan-200.html

Edisi Kemerdekaan Tempo dan 12 buku online : Tan Malaka
http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2008/09/tan-malaka-bapak-republik-revolusi.html